Mencegah Kerusuhan Massal_True Storry

Mencegah Kerusuhan Massal di Saat KKN
(True Story)

Kebayang, nggak, bagaimana rasanya bila kita sedang menyelenggarakan suatu kegiatan / event, dan ternyata di sana terjadi keadaan chaos yang sangat mungkin menjadi kerusuhan massal. Sementara kita dituntut bertanggung-jawab terhadap apapun yang bakal terjadi, karena kebetulan kira ditunjuk sebagai ketua panitianya.Kira-kira apa yg akan kamu lakukan untuk mencegah kerusuhan massal tsb benar-benar terjadi?

Saya pernah mengalami peristiwa serupa. Saat itu saya berhasil mengatasi situasi sulit itu "seorang diri". Dan ternyata kiat yg saya pakai ini berhasil pula saya terapkan pada situasi lain yang tidak kalah gawatnya, bahkan bisa mengancam keselamatan jiwa saya. Kiat ini akan saya bagikan ke kamu lewat artikel ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya bila kiat ini diterapkan, meskipun untuk kasus / situasi yang berbeda.

Th 1990 saya berlima mendapat jatah KKN di sebuah desa yg cukup terpencil di Kabupaten Sragen. Kebetulan saya yg ditunjuk ketua regu. Karena bertepatan dengan bulan Agustus, maka kami mempunyai ”kewajiban” untuk mengadakan aneka lomba. Tentu saja dalam rangka perayaan 17-an. Salah satu lomba yg kami gelar adalah lomba kasti.

Sebenarnya kami ingin mengadakan lomba sepakbola antar kampung, tetapi karena adanya masukan dari beberapa pemuda, maka kami tidak berani mengadakan lomba sepakbola. Menurut penuturan beberapa pemuda tsb, sepakbola adalah rawan karena pernah suatu ketika ada guru SMP yg ditelanjangi di lapangan hanya gara-gara masalah sepele.

Kami pun memutuskan tidak menggelar lomba sepak bola. Tetapi untuk olah-raga lainnya kami adakan. Di antaranya yaitu lomba kasti dan bola volley. Pada lomba kasti inilah pengalaman berharga ini saya alami.

Ketika itu empat rekan KKN saya tidak berani mendekat ke lapangan tempat lomba kasti digelar. Mereka takut terjadi kerusuhan. Mereka hanya melihat lomba itu dari kejauhan. Sebagai ketua team KKN yg menggelar perlombaan tsb aku tidak bisa mengelak dari tanggung-jawab apapun terkait perlombaan tsb. Maka, demi tetap terlaksananya lomba kasti tsb, akupun memberanikan diri mengambil tanggung-jawab tsb.

Lomba kasti pun kemudian dimulai. Ratusan penonton dari kampung-kampung terdekat membanjiri lapangan. Sorak sorai mereka membuat suasana menjadi riuh rendah, bahkan cenderung menegangkan. Suasana bisa saja tiba-tiba berubah menjadi kerusuhan, karena sedikit-sedikit terjadi protes penonton, pemain maupun official dari kedua team. Setiap kali terjadi keributan, pemain cenderung beringas dan selalu hampir terjadi baku hantam.

Sebelum istirahat babak pertama usai, saya mencatat sudah terjadi tiga kali keributan. Dan selalu saja penonton merangsek ke dalam lapangan setiap terjadi perselisihan angka atau apapun yg menyangkut pertandingan. Saya menjadi was-was, takut dan cemas. Beruntung babak pertama segera usai. Keributan massal belum sempat terjadi.

Pada saa istirahat itulah saya berusaha untuk tetap tenang. Saya harus bisa mengendalikan keadaan. Kalau tidak, keributan bakal terjadi dan saya harus bertanggung-jawab atas semua itu. Saya tidak mau hal itu terjadi. Saya berdoa kepada Tuhan. ”Tuhan, tolong aku. Aku menghadapi situasi sulit. Bunda Maria, doakan aku agar aku bisa mengatasi situasi sulit ini”, begitu doaku saat itu.


Saat aku selesai dengan doaku, aku mendapat inspirasi. Tiba-tiba saja terlintas dalam pikiranku untuk mencari orang yang paling berpengaruh di lapangan saat itu. Tiba-tiba saja mataku tertuju pada seseorang yang saya yakini sebagai penggerak pada setiap kericuhan yang terjadi pada babak pertama tadi.

Aku pun seperti mendapat dorongan untuk mendatangi orang itu. Kebetulan orang itu pun memandangiku. Kami sempat beradu pandang. Seperti ada suatu kekuatan dalam diriku untuk mendatanginya. Akupun mendekat. Dan aku pun memberanikan diri merangkul pundak orang yang phisiknya lebih tinggi daripada tubuhku itu.

”Mas, saya minta tolong bisa, ya?” tanyaku dengan penuh hormat dan sedikit ada rasa takut.

”Minta tolong apa, Mas?” jawabnya setengah kaget sambil menatap wajahku penuh tanya.

”Mas, saya minta tolong, nanti kalau terjadi kerusuhan lagi, Mas ikut membantu kami meredakan situasi, ya?” pintaku penuh spekulasi.

Sesaat orang itu terdiam. Sepertinya memikirkan sesuatu.

”Mm... iya, Mas” jawabnya setengah terpaksa.

”Nanti saya akan bantu Mas KKN jika terjadi kerusuhan”, tandasnya sambil menatapku seolah tak percaya pada apa yang diucapkannya sendiri.

”Terima kasih, ya, Mas” jawabku penuh syukur sambil menyalaminya erat-erat.

Aku merasa lega karena mendapat teman yg bersedia membantu. Saya berpikir cepat. Saya perlu tambahan orang yang membantu saya. Saya cari lagi orang lainnya lagi yg kelihatan punya pengaruh serupa. Saya pun datangi dua orang lainnya. Saya perlakukan sebagaimana orang tadi. Dan ternyata dua orang lainnya itu pun bersedia, meskipun reaksinya hampir serupa. Kaget. Seolah tidak percaya. Dan akhirnya setuju.

Tidak lama kemudian babak kedua pun dimulai. Sudah seperti yg aku duga sebelumnya, belum beberapa menit babak ke dua mulai. Keributan sudah terjadi lagi. Kali ini jauh lebih ribut dari sebelumnya. Ratusan penonton dari dua kubu merangsek ke lapangan. Mereka dengan penuh amarah saling tuding dan saling menyalahkan. Penulis score dan wasit menjadi tumpuhan kemarahan mereka. Mereka tidak lagi sekedar adu mulut, tetapi mulai saling dorong dan menjurus adu jotos.

Tetapi saya melihat ada sesuatu yang berbeda. Tiga orang yang tadi saya mintai tolong tidak ikut merangsek. Mereka terpaku di tempat mereka berdiri. Saat itulah kami saling beradu pandang. Dan sambil memandangiku, satu di antaranya, yakni yang pertama kali aku mintai tolong tadi, kemudian masuk ke lapangan. Juga dua lainnya lagi.

Dan, sungguh rasanya seperti ada suatu mukjijat terjadi. Ketiga orang tadi, yang sebelumnya mendai biang-kerok kerusuhan, kali ini justru menjadi pembawa damai. Mereka bertieriak-teriak memarahi massa, seperti pemimpin yang sangat berkuasa.

“Sudah! Sudah! Jangan Ribut! Kan, sudah ada panitianya!” teriaknya sambil memisah mereka yang bersitegang seolah hendak saling melahap.

Dua orang lainnya pun melakukan hal yg sama. Sesaat kemudian situasi bisa diatasi. Aku seperti tak percaya akan kejadian ini. Massa pun seolah tak percaya akan apa yg dilakukan oleh mereka bertiga ini. Mereka ”tunduk” pada perintah ketiga orang itu.

Saya hanya bisa bersyukur kepada Tuhan atas semua ini. Dan saya pun mengucapkan terima kasih pada ketiga orang itu. Pertandingan hari-hari berikutnya pun bisa berjalan lancar. Bahkan ketika kami para KKN tidak bisa mengikuti pertandingan.

Dari kejadian ini, yang bisa saya ambil hikmahnya adalah:

Ketika kita sedang mengalami situasi sulit, entah di bidang bisnis,
dalam kehidupan rumah tangga, dalam setiap kegiatan / event,
maupun peristiwa khusus yang mengancam keselamatan jiwa kita,
kita dituntut untuk tetap tenang, berpikir cepat, dan bertindak tepat.

Apakah kamu setuju? Atau barangkali punya pendapat / kiat lain?

Saya sangat menghargai bila kamu berkenan menanggapi artikel ini, atau
berkenan sharing kisah nyata kamu.

Mohon berikan link-nya agar saya bisa akses.

Terima kasih. Salam.


%%%

No comments:

Post a Comment

Use coupon code for $5 off your first coffee purchase- BLOGME5

Baca Kisah-kisah Motivasi Lainnya di Bawah Ini: